Pre Production - Producer - Section
Menyusun tim produksi
1. Produser/Producer
Produser mengepalai departemen produksi yang biasa jadi penggerak awal
sebuah produksi film. Sebagaimana kerap tercantum dalam opening credit
title, ada lebih dari satu orang yang menyandang predikat setara
produser dalam sebuah produksi film. Mari kita simak satu per satu.
Executive Producer(s)
Predikat ini umumnya disandang oleh satu atau sejumlah orang yang
menjadi inisiator produksi sebuah film. la atau merekalah yang
bertanggungjawab atas pra produksi proposal dan penggalangan dana
produksi. Pada kasus-kasus tertentu, produksi suatu film didanai oleh
lebih dari satu institusi. Umumnya institusi-institusi tersebut memiliki
wakil untuk menyandang predikat ini.
Di Indonesia, seringkali executive producer diterjemahkan menjadi
produser pelaksana. Penerjemahan tersebut agak kurang tepat. Dalam
sebuah produksi film, tidak ada produser pelaksana. Yang melaksanakan
produksi adalah produser beserta departemen produksi yang ia pimpin.
Associate Producer(s)
Associate producer adalah satu atau sejumlah orang yang punya hak
mengetahui jalannya produksi maupun mengajukan pertanyaan-pertanyaan
seputar produksi. Sekalipun demikian, associate producer tak punya hak
untuk mencampuri segala keputusan yang diambil dalam sebuah produksi
fim. Predikat yang kurang jelas ukurannya ini lazim 'dijual' demi
kepentingan pembiayaan produksi film. Predikat ini acap diberikan kepada
satu atau lebih orang atau institusi yang punya jasa cukup besar bagi
sebuah produksi film dan/atau meminta 'bagian' dalam tim inti produksi
film. Kadang-kadang predikat ini diberikan pula pada manajer produksi
yang terlibat sampai ke tahap pasca produksi.
Produser/Producer(s)
Predikat ini disandang oleh orang yang memproduksi sebuah film, bukan
membiayai atau menanam investasi dalam sebuah produksi film. Tugas
seorang produser adalah memimpin seluruh tim produksi sesuai tujuan yang
ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun manajemen produksi,
sesuai dengan anggaran yang telah disepakati oleh executive
producer(s).
Apabila kita tidak punya latar belakang pengetahuan maupun pengalaman
yang memadai tentang produksi film, ada baiknya kita menyewa jasa
seorang produser yang punya kapabilitas untuk itu. Pelajari baik-baik
riwayat pekerjaannya karena jenis film yang pernah ia tangani akan
sangat menentukan keberhasilan film kita. Sekali kita sepakat memakai
jasanya, berikan kepercayaan sepenuhnya pada produser kita. Produser
mempunyai otoritas membentuk tim kerja, biarkanlah ia bekerja secara
maksimal tanpa kita intervensi.
Memberi kepercayaan kepada produser tidak berarti kita kehilangan fungsi
kontrol. Kita bisa menanyakan pertimbangan apa yang digunakan produser
dalam mengambil keputusan dan apa dampaknya. Lewat pertanyaan-pertanyaan
ini, kita bisa mengontrol kerja produser seraya belajar tentang seluk
beluk produksi fim.
Jika kita ingin mencoba menjadi produser bagi film kita sendiri,
mulailah dari produksi film yang sederhana. Pelajari dengan baik seluruh
tahapan produksi sebuah film seraya belajar mencari jalan keluar atas
masalah-masalah yang mungkin muncul. Pelajari peran masing-masing
departemen dan cara mereka saling berinteraksi. Berkomunikasilah dengan
semua kepala departemen dan catat apa yang mereka dapat dan ingin
perbuat untuk memaksimalkan produksi film kita. Sebagai produser, kita
dituntut menjadi orang yang bisa menyelesaikan masalah dan yang mampu
berdiri sebagai penengah.
Line Producer(s)
Line producer(s) tak ubahnya seorang penyelia (supervisor). Tugasnya
membantu memberi masukan dan alternatif atas masalah-masalah yang
dihadapi oleh seluruh departemen dalam Iingkup manajerial dan dalam
batasan anggaran yang sudah disepakati. Line producer tidak ikut campur
dalam urusan kreatif. Dengan begitu, line produser tidak terlibat dalam
proses casting (penentuan pemeran) dan pengembangan skenario.
Jabatan ini menjadi perlu apabila executive producer, produser dan/atau
manajer produksi yang terlibat di dalam tim tidak cukup menguasai
manajemen produksi. Line producer terkadang diminta oleh sejumlah
sutradara yang sudah mapan yang merasa dapat bekerja dengan Iebih nyaman
apabila didampingi oleh orang yang kenal cara dan ritme kerjanya.
Apabila produser dan manajer produksinya mampu mengelola kerja seluruh
tim produksi dengan efektif, maka jabatan line producer bisa ditiadakan.
2. Sutradara/Director
Kerja sutradara dimulai dari membedah skenario ke dalam director's
treatment yaitu konsep kreatif sutradara tentang arahan gaya pengambilan
gambar. Selanjutnya, sutradara mengurai setiap adegan (scene) ke dalam
sejumlah shot menjadi shot list yaitu uraian arah pengambilan gambar
dari tiap adegan. Shot list tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam
story board yaitu rangkaian gambar ala komik yang memuat informasi
tentang ruang dan tata letak pemeran (blocking) yang nantinya akan
direkam menjadi sebuah film. Berbekal director's treatment, shot list
dan story board, maka script breakdown bisa dikerjakan. Sutradara
kemudian memberi pengarahan tentang film apa yang akan dibuat. Untuk
itu, sutradara harus berkomunikasi secara intensif dengan desainer
produksi, asisten sutradara, penata fotografi, penata artistik, penata
suara dan editor. Memiliki daya visual dan kemampuan berkomunikasi
dengan baik adalah modal penting sebagai seorang sutradara.
3. Manajer Produksi/Production Manager
Kerja seorang manajer produksi berperan sebagai koordinator harian yang
mengatur kerja dan memaksimalkan potensi yang ada seluruh departemen
yang ada dalam produksi sebuah film. Dialah yang paling bertanggung
jawab dalam operasional produksi mulai dari tahap pra produksi hingga
produksi usai, baik itu urusan administrasi, anggaran, perlengkapan
shooting (equipment), logistik, transportasi maupun akomodasi. Tiap hari
ia membuat check list, mendaftar apa yang sudah dan yang belum
dikerjakan, sambil mengantisipasi masalah yang mungkin timbul dan
menyiapkan alternatif pemecahannya. Pengetahuan teknis standar produksi
film merupakan pra syarat mutlak bagi pengemban jabatan ini. Tanpa
pengetahuan yang memadai, ia akan menemui kesulitan dalam melakukan
koordinasi dan mengambil keputusan yang tepat. Manajer produksi berperan
seperti komandan pemimpin pasukan yang misinya menyelesaikan produksi
film on time (tepat waktu) dan on budget (sesuai anggaran); dua hal ini
yang menentukan reputasi seorang manajer produksi.
Dalam film produksi Hollywood jabatan ini ditulis sebagai Unit
Production Manager atau disingkat UPM. Ia memiliki satu atau lebih
pembantu yang disebut asisten produksi (production assistant). Dalam
produksi-produksi film di Indonesia sering orang memanggil asisten
produksi dengan sebutan unit. Unit dan Unit Manager adalah pembantu
manajer produksi dalam kegiatan operasional sejak masa pra produksi.
Istilah yang akan dipakai di sini adalah Asisten Produksi dan Manajer
Produksi. Sebutan Manajer produksi lebih pas dibanding Pimpinan Produksi
(pimpro) karena ia me-manage seluruh kegiatan harian produksi film
tersebut. Pimpro lebih tepat untuk proyek-proyek lain, tapi tidak untuk
produksi film. Begitu juga dengan Asisten Produksi yang lebih tepat
karena ia bisa bergungsi mengerjakan semua hal dalam produksi film di
bawah arahan Manajer Produksi. Sedangkan sebutan unit berkonotasi ke
arah pembantu secara sempit. Asisten produksi adalah motor dari
departemen produksi. Setiap tindakan di lapangan selalu diawali dan
diakhiri oleh asisten produksi. Asisten produksilah yang memastikan agar
semua keperluan shooting yang tercantum dalam script breakdown tersedia
seraya melakukan pengecekan silang (cross check) ke semua departemen
semenjak tahap pra produksi hingga shooting rampung. Apabila ada masalah
yang tidak bisa ia atasi, barulah ia minta saran ke manajer produksi
untuk mencari solusi. Untuk produksi yang lebih kompleks mungkin kita
membutuhkan Koordinator Produksi (production coordinator) yang bergungsi
menjadi koordinator beberapa asisten produksi dan bertanggung jawab
kepada manajer produksi.
Seorang manajer produksi yang baik mampu mengantisipasi masalah yang
mungkin timbul dan menyiapkan alternatif-alternatif sehingga produksi
berjalan sesuai rencana. Ia membantu produser untuk menjalankan produksi
sesuai alokasi anggaran dan waktu yang telah disepakati; on time and on
budget. Reputasi bagus manajer produksi adalah kemampuannya mendukung
produser dan seluruh tim kreatif untuk menyelesaikan shooting sesuai
rencana kreatif dan manajerial.
Masih dalam konteks Hollywood, sebelum menjadi manajer produksi,
seseorang harus bekerja selama 260 hari sebagai asisten sutradara 1
setelah sebelum menjalani 520 hari kerja sebagai asisten sutradara 2
(Singleton, 1996, hal 105-106). Apabila prasyarat ini yang dipakai, maka
semakin langka lagi orang Indonesia yang memenuhi kualifikasi tersebut.
Di Indonesia, seorang manajer produksi biasanya dicetak dari asisten
produksi yang dididik dalam beberapa kali produksi film. Setelah
mendapat pembekalan tentang pengetahuan standar produksi film, asisten
produksi ini kemudian dipromosikan sebagai manajer produksi. Jalur lain
adalah melalui asisten sutradara. Asisten sutradara yang baik umumnya
mampu menjadi manajer produksi yang baik pula. Sayangnya, kebanyakan
asisten sutradara enggan jadi manajer produksi dan lebih berannbisi
menjadi sutradara. Di Indonesia, sutradara dianggap jauh lebih bergengsi
ketimbang manajer produksi. Seiring dengan langkanya produksi film
cerita di Indonesia, semakin jarang pula orang-orang yang memenuhi
kualifikasi sebagai manajer produksi.
Sekedar catatan, 'orang produksi' (istilah untuk mereka yang tergabung
dalam departemen produksi) bertugas melayani semua kebutuhan produksi,
sehingga orang produksi akan selalu berurusan dengan uang. Untuk itu,
bijaksanalah dalam pengaturan uang ini. Catatlah dengan baik dan lengkap
pemasukan dan pengeluaran agar jelas pertanggungjawabannya. Ini semua
juga demi kebaikan seluruh proses produksi film kita.
4. Desainer Produksi/Production Designer
Awalnya predikat ini diberikan kepada William Cameron Menzies, art
director film Gone With the Wind (1939), karena is dianggap berperan
lebih dari sekedar seorang art director. Menzies mendesain dan membuat
sketsa untuk memvisualisasikan setiap shot dalam film Gone With the Wind
tersebut. Ketika itu Hollywood membutuhkan waktu lama untuk melahirkan
desainer produksi berikutnya setelah Wiliam Menzies.
Tugas utama seorang desainer produksi adalah membantu sutradara
menentukan suasana dan warna apa yang akan tampil dalam film. Desainer
produksi menerjemahkan apa yang jadi keinginan kreatif sutradara dan
merancangnya. Desainer produksi kemudian membimbing story board artist
(juru gambar story board) untuk menghasilkan story board yang sesuai.
Desainer produksi juga menata ruang dan tata letak perabot, merancang
nuansa cahaya dan warna seraya menggeluti semua elemen kreatif seperti
suara, tata rias, busana, property, luar bidang gambar dan tata letak
pemeran. Seorang desainer produksi pun harus tahu lensa-lensa apa saja
yang bisa menciptakan efek yang sesuai dengan keinginan sutradara sampai
ke gerak kamera apa saja yang dapat membuat sebuah adegan tampak
mengesankan.
Untuk itu, diperlukan pengetahuan luas dalam soal kreatif dan teknis
agar seorang desainer produksi mampu menuangkan keinginan sutradara
menjadi sebuah rancangan yang mudah dimengerti oleh semua kepala
departemen. Saat ini di Inggris dan Hollywood, hampir setiap produksi
film menuntut kehadiran seorang desainer produksi.
Di Indonesia sendiri jabatan ini masih langka. Prasyarat memiliki
pengetahuan luas adalah salah satu sebab posisi ini jarang terisi.
Biasanya fungsi kerja ini dilakukan bersama-sama antara sutradara,
penata artistik dan penata fotografi. Memang banyak pihak yang belum
menyadari pentingnya arti desain produksi dalam sebuah film. Malah
beberapa orang mengartikan desain produksi sebagai sebuah rancangan
manajerial dalam produksi film. Ketidaktahuan ini menjadi semakin salah
kaprah ketika diterapkan dalam banyak produksi film dalam waktu yang
lama. Akhirnya desain produksi kehilangan esensinya. Bila kita
memproduksi sebuah film, maka sangatlah dianjurkan untuk membuat desain
produksi terlebih dahulu agar story board film kita dapat menjadi acuan
yang baik bagi kelangsungan shooting secara keseluruhan.
5. Penata Fotografi/Director of Photography
Begitu story board disepakati, kini giliran penata fotografi
(director of photography/DOP) yang bekerja. Melalui diskusi dengan
desainer produksi, sutradara, asisten sutradara dan penata artistik,
penata fotografi mendapat gambaran lengkap tentang apa Baja yang
berlangsung dalam set, bagaimana sebuah adegan berlangsung dan efek apa
yang ingin dicapai. Kemudian ia merancang tata cahaya dan tata kamera
yang sesuai kemudian menyusun daftar seputar lampu yang akan dipakai,
kamera yang dibutuhkan, jenis film, lensa dan filter lensa serta
peralatan khusus lainnya. Daftar tersebut kemudian ia serahkan kepada
manajer produksi yang akan memenuhi kebutuhan tersebut. Bersama manajer
produksi ia memastikan semua kebutuhan itu terpenuhi. Bila ada hal yang
tidak bisa dipenuhi - misalnya alai tersebut tidak terdapat di Indonesia
dan tidak mungkin untuk menyewanya dari luar negeri - ia berupaya
mencari solusinya. Anggaran bukanlah faktor penghambat pengadaan
perlengkapan shooting. Manajer produksi akan dan harus mengupayakan
tersedianya segala kelengkapan yang dibutuhkan untuk kelangsungan
shooting. Untuk itu kembali ia berdiskusi dengan sutradara, desainer
produksi dan manajer produksi untuk mencari alternatif lain. Sedangkan
untuk urusan tata cahaya, setelah rampung merancang komposisi lampu dan
filter, penata fotografi menyerahkan kepada penata cahaya (gaffer atau
chief lighting) untuk bekerja bersama asistennya demi menciptakan
komposisi sesuai hasil rancangan penata fotografi. Singkatnya, secara
teknis, seorang penata fotografi menentukan kualitas gambar yang terekam
dalam film kita.
Di Indonesia, selama bertahun-tahun jabatan penata fotografi sering
disalahartikan sebagai operator kamera (cameraman). Operator kamera
adalah orang yang mengoperasikan kamera, sementara penata fotografi
mengepalai departemen yang bisa terdiri dari sejumlah operator kamera.
Penata fotografilah yang mengkoordinasikan seluruh anggota departemennya
untuk menghasilkan gambar yang diinginkan untuk film tersebut.
Sementara operator kamera bertanggung jawab mengoperasikan kamera, tanpa
menentukan lensa atau filter kamera apa yang cocok atau jenis dan
filter lampu apa yang dipakai. Pendeknya, penata fotografi merancang apa
yang harus dilakukan oleh para operator kamera.
Penyebab salah kaprah tersebut adalah karena tidak memahami perbedaan
antara operator kamera dan penata fotografi. Karenanya, operator kamera
dan penata fotografi dianggap sama. Selain itu, biasanya tidak tersedia
biaya yang terpisah untuk menyewa penata fotografi dan operator kamera.
Minimnya produksi film, terutama semenjak tahun 1992, juga punya andil
tersendiri. Untuk menjadi penata fotografi yang baik, seseorang operator
kamera mestinya punya jam terbang yang memadai. Karena produksi film
anjlok, kesempatan belajar pun menjadi sempit dan tenaga terampil
menjadi langka.
Seiring dengan berjalannya waktu, produksi sinetron marak berkembang.
Ini memberi kesempatan kepada sejumlah operator kamera untuk mengasah
keterampilannya agar bisa naik jabatan menjadi penata fotografi.
Uniknya, sekalipun beberapa sudah mampu menjadi penata fotografi,
kebanyakan masih senang mengoperasikan kamera.
6. Asisten Sutradara 1/First Assistant Director
Di tahap pra produksi, diperlukan seseorang untuk membantu sutradara
menerjemahkan hasil director's treatment ke dalam script breakdown dan
shooting schedule. Orang ini diberi predikat asisten sutradara 1.
Asisten sutradara 1 ini jugalah yang mendikusikan segala keperluan
shooting dengan manajer produksi. Apabila seorang sutradara mempunyai
seorang asisten sutradara 1 dan manajer produksi yang baik, maka bisa
dibilang sutradara tersebut tinggal terima jadi karena semua yang ia
butuhkan sudah tersedia.
Tips.
1. Kalian
bisa saja merangkap sekaligus dua atau tiga jabatan dalam produksi film.
Hal yang paling penting adalah masing ‑ masing anggota tim produksi
tahu tugasnya dan mampumenjalankan tugasnya dengan baik.
2.
Upayakan mendapat surat pernyataan dari tiap kru, pemain, pengisi suara,
pemilik lokasi dan pencipta lagu yang menyatakan bahwa tiap individu
tersebut mendukung produksi film kita dan mer elakan upayanya digunakan
dalam film kita (misal: suara, gambar, lagu atau lokasinya). Sumber:
CD Interaktif
Program Bimbingan anak Sampoerna (PBA) Karya Kita
Bengkel Film Pemula